Langit yang biru ku suruh untuk mendung mengikuti perasaan negri ini yang tak kunjung hidup dalam terangnya hati pengemis jalanan.
Jalanan ibukota yang senantiasa ramai lalulalang seketika terhenti karena tangisan langit yang terharu melihatku memikirkan negeri ini.
Akankah negeriku hidup seperti hidupnya burung garuda yang gagah mengelilingi nusantara ataukah hanya seperti ikan di aquarium yang tak kuasa kelautan.
Negeriku-negeriku aku tersenyum meski hati sering terkena sunami.
Senyumku-senyumku hanya kemunafikan yang tampak ketika langit menyembunyikan senyuman mentari di senja.
Mentariku-mentariku kapan kau iklas terhadap negriku, negri yang selalu terkena penyakit.
Maka aku mulai dengan awal keindahan yang tersimpan di balik mendung, untuk esok yang diharapkan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama