Benarkah keberadaan kita di dunia karena cinta? Pertanyaan sederhana ini akan menjawab semua persoalan, mungkin saja jika kita kaitkan sampai kepangkalnya coba kita mulai dari permasalahan yang lumlrah kita temui.

Miskin, kemiskinan yang sebagian orang menganggapnya sebagai persoalan yang tidak pernah selesai, lantas kemiskinan itu apasih? Bagaimana cara mengukur kemiskinan dan apa alat ukur sehingga di katakan miskin. Hampir semua orang sepakat alat ukur kemiskinan adalah harta/materi mungkin karena ini merupakan alat ukur yang gampang di terapkan. Meskipun ternyata banyak orang yang di katakan miskin karena harta mereka tetap bahagia tanpa keluhan dan sebaliknya banyak yang di katakan mampu mereka merasa miskin serba kesusahan. 
Dengan ini apakah alat ukur miskin dengan harta/materi salah? Kalangan agama mengukur miskin dengan tingkat keimanan semakin banyak bersyukur maka ia adalah orang yang kaya/mampu dan ini terbukti mengklasifikasikan kenapa banyak orang yang di anggap miskin secara materi tetapi tetap senang dan merasa cukup dan orang yang menurut materi cukup tapi merasa serba kekurangan.
Lantas apa alat ukur ini yang pas di gunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan? Kemudian banyak yang berpendapat kalo seperti itu di dunia ini banyak orang yang miskin dan sangat sedikit orang yang kaya karena masih terdapat banyak kejahatan di dunia ini. Karena jika banyak orang kaya dalam ukuran ini maka dunia aman tidak mungkin ada kejahatan sekecil apapun. Masalahnya alat ukur ini sulit di kaji secara ilmiah sehingga pertanggung jawaban secara ilmiahnya di anggap belum cukup.
Kembali ke pertanyaan awal kit berada di dunia ini karena cinta terus kenapa masih ada kemiskinan, kejahatan dan kesenjangan? Sebenarnya cinta antara siapa dengan siapa atau dengan apa? Wajar jika cinta antara manusia terjadi kejahatan karena mungkin adanya penghianatan atau ketidak adilan, tapi inikan cinta tuhan masa ada ketidak adilan?


Miskin dan kaya sama tak ada beda dan tak ada ketidak adilan dalam hal ini yang menjadi orang miskin atau kaya sama saja di hadapan tuhan semua berjalan dengan takaran dan cintaNya. Jika seperti itu lantas siapa yang salah? Yang pasti tuhan tidak akan salah. Oleh sebab itu koreksi diri karena kepastian kita yang salah. Orang yang miskin bisa tenang dan bahagia karena ia bersyukur dan sangat memahami bahwa Tuhan memang menyimpannya di posisi ini dengan sejuta hikmah dan orang inipun mengalirkan dirinya pada takdir yang harus di jalani. Lain lagi dengan orang kaya yang tak bersyukur maka ia akan selalu merasa kekurangan sebanyak apapun harta yang di berikan tetap saja merasa kurang sehingga terjerumus pada praktik kejahatan. Meskipun ada juga orang kaya yang bersyukur dan orang miskin yang tidak bersyukur.
Kita terlalu sombong tidak melibatkan tuhan dalam setiap kesenangan yang di gapai merasa ini karena perjuangan sendiri tuhan tetap memberikan cintaNya meski cintaNya tak kita balas. Ketahuilah karena kita tak membalas cinta dari tuhan kita oleh sebab itu kita selalu merasa kurang dan tidak bersyukur.

Johan al jafar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama